Saturday, 5 July 2014

Teori Pendidikan

Pengertian Pendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti dan Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewaa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan selanjutnya pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jamani dan rohaninya kearah kedewasaan.[1] Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan.[2]  
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawabuntuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Pendidikan menurut orang awam adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke masjid atau ke gereja, melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain[4]
Marimba (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama[5]
Lodge (Philosophy of Education, 1974:23) menyatakan bahwa pendidikan itu menyakut seluruh pegalaman. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan.[6]
Park (Selected Reading in the Phyloshophy of Education, 1962:3) menyatakn bahwa pendidikan adalah the art of imparting or acquiring knowladge and habit through instructional as study.[7]
Pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.[8]
Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunnah secara mendalam dan komprehensif sesungguhnya terdapat kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan diantaranya al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, al-tazkiyah, al-muwaidzah, al-tafaqquh, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al-ta’aqqul, dan al-tadabbur [9]
Pendidikan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manuia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Alquran dan sunnah.[10]
Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan Alquran dan As-Sunah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengann baik.[11]
Pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk lainnya[12]
Makna islam sebagai paradigma ilmu pendidikan adalah suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana islam memahamimnya. Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi siistem pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam.[13]
Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadits yang disampaikan kepada umat islam melalui Rasulullah SAW.[14]
Ilmu pendidikan islam merupakan prinsip, struktur, metodologi, dan obyek yang meiliki karakteristik epistemologi ilmu islami.[15]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdaskan islam.ilmu pendidikan islam juga bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan yang berdaskan al-quran, hadis, dan akal[16]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani anak didik oleh orang dewasa sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis.[17]
Definisi ilmu pendidikan islam dalam pengertian ini merupakan bimbingan dan binaan dari orang dewasa. Ini berarti seorang yang dapat dikatakan belum dewasa tidak dapat menjadi seorang pendidik. Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani peserta didik oleh seorang yang berilmu, bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
B.     Filsafat Pendidikan Agama Islam
Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara sistematis,logis kritis,rasional, dan spekulatif[18].
Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substanssi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan,latar belakang,cara,hasil,dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaanya[19]
Filsafat  pendidikan  adalah  hasil  pemikiran  dan  perenungan  secara mendalam sampai ke akar-akarnya, sistematis, dan universal mengenai pendidikan. Perenungan tersebut untuk mengkoordinasi tentang pendidikan atau sejumlah prinsip, kepercayaan, konsep, asumsi, dan premis yang ada hubungan eratnya dengan praktek pendidikan yang ditentukan dalam bentuk yang lengkap-melengkapi, bertalian dan selaras yang berfungsi sebagai teladan dan pembimbing bagi usaha pendidikan dan proses pendidikan dengan seluruh aspek-aspeknya dan bagi politik pendidian di dalam suatu negara.[20]
Filsafat Pendidikan Agama Islam adalah  konsep  berpikir  mengenai pendidikan  yang  bersumber  pada  ajaran  Islam  tentang  hakikat  kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai nilai-nilai ajaran Islam.[21]
a.       Konsep Filsafat Pendidikan Islam
1.Landasan Pemikiran
Untuk  menyusun  dan  mengembangkan  pemikiran  filsafat  mengenai pendidikan, terutama pendidikan Islam, maka pola dan sisitem pemikiran filsafat secara umum. Pola pemikiran tersebut meliputi:
a.       Pemikiran filsafat harus bersifat sistematis artinya bahwa cara berpikir
bersifat  logis  dan  rasional  mengenai  hakikat  persoalan  yang
dihadapinya.
b.      Tujuan  terhadap  persoalan  yang  dihadapi  bersifat  radikal  artinya menyangkut  permasalahan-permasalahan  mendasar  sampai  akarakarnya.
c.       Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal.
d.      Pemikiran dilakukan lebih bersifat spekulatif.[22]
b.       Fungsi  Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat  pendidikan Islam  terbentuk  dari perkataan  filsafat,  pendidikan  dan  Islam.  Penambahan  kata  Islam  di  akhir gabungan  kata  tersebut  dimaksudkan  untuk  membedakan  filsafat  pendidikan Islam  dari  pengertian  yang  terkandung  dalam  filsafat  pendidikan  secara  umum.
Dua dasar pokok yang juga  termuat  dalam  tujan  filsafat  pendidikan  Islam  adalah  meletakkan  dasar pemikiran  sistem  pendidikan  yang  berdimensi  ganda.  Dimensi  pertama  adalah untuk  mencapai  kesejahteraan  hidup  di  dunia  dan  kebahagian  hidup  di  akherat. Dimensi kedua berhubungan dengan fitrah kejadian manusia yakni sebagai hamba
Allah yang setia[23]
Adapun fungsi filsafat pendidikan antara lain:
1.      Untuk memahami sistem pengajaran
2.      Menganalisa konsep-konsep dan istilah-istilah
3.      Untuk mengkritik asumsi-asumsi dan fakta-fakta
4.      Untuk membimbing asas-asas pendidikan
5.      Menerima perubahan-perubahan dasar
6.       Membimbing sikap para guru dan pengajar
7.      Untuk membangkitkan dialog dan persoalan
8.      Untuk menghilangkan pertentangan pendidikan
9.      Mengusulkan rencana-rencana baru.
Di  sinilah  dapat  dipahami  bahwa  pembaharuan  dan  inovasi  agar  sesuai dengan  pendidikan  masa  depan  atau  hari  esok  sebab  pendidikan  pada  dasarnya menyiapkan generasi-generasi untuk masa depan bukan hanya untuk sekarang[24]


C.     Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam membina secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan sebagai fungsi hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sebagai di gunakan konsep yang ditentukan oleh Allah. Atau dengan kata yang disingkat dan sering digunakan oleh Al-Quran untuk bertaqwa kepada Allah SWT[25]
Menurut Al-Ghazali (Sulaiman, 1986:16-17) tujuan pendidikan Islam pada umumnya di tandai dengan watak religius dan moralitas yang tampak dengan jelas pada sasaran dan tujuan. Dengan tidak mengabaikan persoalan-persoalan dunia. Tetapi dia menganggap
persiapan bagi urusan dunia hanyalah untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat yang
dipandangnya lebih utama dan lebih kekal. Faktor yang paling utama tujuan pendidikan islam menurutnya adalah kesempurnaan manusia di dunia dan di akhirat.
Quraish Shihab (Nata, 2005:104) mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsi sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang  ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al-Qur’an, untuk bertaqwa kepada-Nya.
Abdul al-Rasyid bin abdul al-Aziz dalam bukunya, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadrisiha mengatakan, tujuan pendidikan Islam meliputi:
a.       Adanya kedekatan kepada Allah Swt, melalui pendidikan akhlak
b.      Menciptakan individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang ilmiah dan pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang dapat mengintegrasikan antara agama dengan ilmu dan amal saleh, guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai dimensi kehidupan.[26]


D.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam
1.       Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam yang memiliki dua isi yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula dengan pendidik dan peserta didik. Proses pendidikan berarti terjadi aktivitas antara pemberi dan penerima. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi yang bertugas menerima konsep pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran[27].
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.[28]
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak (Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pngelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik cakupannya lebih luas dari pada anak didik. Peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Penyebutan peserta didik juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekolah (pendidikan formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan nonformal yang ada di masyarakat, seperti majelis taklim, paguyuban, dan sebagainya. Dengan demikian, istilah peserta didik ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa dari segi usia , melainkan juga orang-orang dari segi usia yang sudah dewasa, namun dari segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan bimbingan.[29] Peserta didik merupakan semua individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.
2.       Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam, pendidik sering disebut dengan “murabbi, mu’allim, dan mu’addib”. Ketiga term tersebut mempunyai semantis masing-masing sesuai dengan penggunaannya dalam konteks pendidikan islam. Istilah lain pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz” dan “Al-Syaikh”. Pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua, mereka bertanggung jawab penuh atas perkembangan anak-anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak dewaasa. Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya[30].
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[31]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik (Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,1991:250) . Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, 2006:87).[32]
3.       Kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum agaknya dapat diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui  oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Secara terminologi istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan pegertian  sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.[33] Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam bidang pendidikan , dalam arti yang sempit dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, adalah jalan terang yang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b.      Kurikulum sebagaimana dikemukakan Crow and Crow adalah  rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1990:H.75).
c.       Kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan (Abdurrahman Salih Abdullah, Educational Theory a Qur’anic Out look, H.123)
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, H.485).
b.      Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah (Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 1987:483-484)[34]
4.       Metode
Dalam konsep pendidikan, kata metode sering digandengkan dengan kata “mengajar” atau yang lebih dikenal dengan istilah “metodologi pengajaran”. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada anak didik (Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:14). Jadi metode pengajaran adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:77-78). Metode pengajaran yang umum dikenal dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode sosiodrana, metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode simulasi, metode karya wisata, dan sebagainya.[35]
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
Sedangkan teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas. (Tim Depag,  Islam untuk Disiplin Ilmu pendidikan, 1984: 157)
5.       Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai. Kata nilai menurut filosofi pengertiannya ialah “idea of worth” menurut Edwin dan Gerald Brown,evaluasi (penilaian dalam pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:97). Penilaian dalam pendidikan islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam benar—benar sesuai dengan nilai-nilai yang islami, sehingga tujuan pendidikan islam yang dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam pendidikan islam akan objektif jika didasarkan pada Al-Quran dan Hadist[36]
Evaluasi pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam. (Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1981: 139). Program evaluasi ini dirterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, dan sebagainya.[37]
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan (A. Tabrani Rusyan,dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,1992:183).[38]
6.        Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia, maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak, kejadian-kejadian, atau hal-hal yang berhubungan dengan seseorang. Sejauh mana seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula keterbukaan/peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.[39]
Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masayarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.[40]
7.       Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan, pendidikan memerlukan berbagai alat yang dikenal dengan istilah media pendidikan, audio visual, alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan,dan sebagainya. Alat atau media pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tuujuan pendidikan.oleh karena penddikan islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan[41]


[1] Armai Arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana Kardofa,2009) halaman 5
[2] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.15
[3] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[4] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[5] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[6] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 25
[7] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 26
[8] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 26

[9] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1, h.7
[10] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.20
[11] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.29
[12] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.40
[13] Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 2
[14] Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 7
[15] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.3
[16] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 12
[17] Armai Arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana Kardofa,2009) halaman 7

[18] Aliet Noorhayati S, Filsafat pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), cet-1, halaman 2
[19] Aliet Noorhayati S, Filsafat pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), cet-1, halaman 17
[20]A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi revisi, 2012) cet- 2 halaman 17
[21] Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, halaman.9.
[22] Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, halaman.5
[23]Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, halaman 27
[24] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta, 1988, halaman.15
[25] A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan ke-2 Jakarta halaman 132
[26] A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan ke 2 Jakarta halaman 121
[27]Armai Arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana Kardofa,2009) halaman 10
[28] Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008). halaman103
[29] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 173
[30] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 11
[31] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, halaman 74
[32] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 159
[33] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) halaman 12
[34] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 122
[35] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) halaman 13
[36] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) halaman 13
[37] Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) halaman. 211
[38] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 307
[39] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) halaman 14
[40] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) Halaman 291
[41] Armai Arief Dan Busahdiar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Pt.Wahana Kardofa,2009) Halaman 14

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...