BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti
dan Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak
didik oleh orang dewaa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan selanjutnya
pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jamani dan rohaninya kearah kedewasaan.[1] Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar
dan jelas memiliki tujuan.[2]
Pendidikan
merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawabuntuk
mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Pendidikan
menurut orang awam adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat,
melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke masjid atau ke gereja,
melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain[4]
Marimba
(Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98)
menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama[5]
Lodge
(Philosophy of Education, 1974:23) menyatakan bahwa
pendidikan itu menyakut seluruh pegalaman. Dalam pengertian luas ini kehidupan
adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan.[6]
Park
(Selected Reading in the Phyloshophy of
Education, 1962:3) menyatakn bahwa pendidikan adalah the art of imparting or acquiring knowladge
and habit through instructional as study.[7]
Pendidikan
adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang
dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri
sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.[8]
Jika
ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunnah secara mendalam dan
komprehensif sesungguhnya terdapat kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan
diantaranya al-tarbiyah, al-ta’lim,
al-ta’dib, al-tazkiyah, al-muwaidzah, al-tafaqquh, al-tilawah, al-tahzib,
al-irsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al-ta’aqqul, dan al-tadabbur
[9]
Pendidikan
islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manuia yang
seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada
ajaran Alquran dan sunnah.[10]
Pendidikan
islam adalah pendidikan yang berdasarkan Alquran dan As-Sunah selain mempunyai
tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang
dapat menjalankan tugasnya dengann baik.[11]
Pendidikan
islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan
tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama
manusia, sesama makhluk lainnya[12]
Makna
islam sebagai paradigma ilmu pendidikan adalah suatu konstruksi pengetahuan
yang memungkinkan kita memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana islam
memahamimnya. Islam
sebagai paradigma ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi siistem
pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam.[13]
Islam
adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadits yang
disampaikan kepada umat islam melalui Rasulullah SAW.[14]
Ilmu
pendidikan islam merupakan prinsip, struktur, metodologi, dan obyek yang
meiliki karakteristik epistemologi ilmu islami.[15]
Ilmu
pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdaskan islam.ilmu pendidikan
islam juga bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan yang berdaskan al-quran,
hadis, dan akal[16]
Ilmu
pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha
membimbing dan membina jasmani dan rohani anak didik oleh orang dewasa sesuai
dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis.[17]
Definisi
ilmu pendidikan islam dalam pengertian ini merupakan bimbingan dan binaan dari
orang dewasa. Ini berarti seorang yang dapat dikatakan belum dewasa tidak dapat
menjadi seorang pendidik. Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau
usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani peserta didik oleh seorang yang
berilmu, bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai
dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
B.
Filsafat
Pendidikan Agama Islam
Filsafat
adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran secara sistematis,logis kritis,rasional, dan spekulatif[18].
Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substanssi pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan dengan tujuan,latar belakang,cara,hasil,dan hakikat
ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaanya[19]
Filsafat pendidikan
adalah hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya,
sistematis, dan universal mengenai pendidikan. Perenungan tersebut untuk
mengkoordinasi tentang pendidikan atau sejumlah prinsip, kepercayaan, konsep,
asumsi, dan premis yang ada hubungan eratnya dengan praktek pendidikan yang
ditentukan dalam bentuk yang lengkap-melengkapi, bertalian dan selaras yang
berfungsi sebagai teladan dan pembimbing bagi usaha pendidikan dan proses
pendidikan dengan seluruh aspek-aspeknya dan bagi politik pendidian di dalam
suatu negara.[20]
Filsafat
Pendidikan Agama Islam adalah
konsep berpikir mengenai pendidikan yang
bersumber pada ajaran
Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing
menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai nilai-nilai ajaran
Islam.[21]
a. Konsep Filsafat Pendidikan Islam
1.Landasan Pemikiran
Untuk menyusun
dan mengembangkan pemikiran
filsafat mengenai pendidikan,
terutama pendidikan Islam, maka pola dan sisitem pemikiran filsafat secara
umum. Pola pemikiran tersebut meliputi:
a. Pemikiran filsafat harus bersifat sistematis artinya
bahwa cara berpikir
bersifat
logis dan rasional
mengenai hakikat persoalan
yang
dihadapinya.
b.
Tujuan terhadap
persoalan yang dihadapi
bersifat radikal artinya menyangkut permasalahan-permasalahan mendasar
sampai akarakarnya.
c.
Ruang
lingkup pemikirannya bersifat universal.
d.
Pemikiran
dilakukan lebih bersifat spekulatif.[22]
b. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam terbentuk
dari perkataan filsafat, pendidikan dan
Islam. Penambahan kata
Islam di akhir gabungan kata
tersebut dimaksudkan untuk
membedakan filsafat pendidikan Islam dari
pengertian yang terkandung
dalam filsafat pendidikan
secara umum.
Dua
dasar pokok yang juga termuat dalam tujan
filsafat pendidikan Islam
adalah meletakkan dasar pemikiran sistem
pendidikan yang berdimensi
ganda. Dimensi pertama
adalah untuk mencapai kesejahteraan
hidup di dunia
dan kebahagian hidup
di akherat. Dimensi kedua
berhubungan dengan fitrah kejadian manusia yakni sebagai hamba
Allah
yang setia[23]
Adapun fungsi
filsafat pendidikan antara lain:
1. Untuk memahami sistem pengajaran
2.
Menganalisa
konsep-konsep dan istilah-istilah
3.
Untuk
mengkritik asumsi-asumsi dan fakta-fakta
4.
Untuk
membimbing asas-asas pendidikan
5.
Menerima
perubahan-perubahan dasar
6.
Membimbing
sikap para guru dan pengajar
7.
Untuk
membangkitkan dialog dan persoalan
8.
Untuk
menghilangkan pertentangan pendidikan
9. Mengusulkan rencana-rencana baru.
Di sinilah
dapat dipahami bahwa
pembaharuan dan inovasi
agar sesuai dengan pendidikan
masa depan atau
hari esok sebab
pendidikan pada dasarnya menyiapkan generasi-generasi untuk
masa depan bukan hanya untuk sekarang[24]
C.
Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan
Pendidikan Islam membina secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
sebagai fungsi hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sebagai di
gunakan konsep yang ditentukan oleh Allah. Atau dengan kata yang disingkat dan
sering digunakan oleh Al-Quran untuk bertaqwa kepada Allah SWT[25]
Menurut
Al-Ghazali (Sulaiman, 1986:16-17) tujuan pendidikan Islam pada umumnya di
tandai dengan watak religius dan moralitas yang tampak dengan jelas pada
sasaran dan tujuan. Dengan tidak mengabaikan persoalan-persoalan dunia. Tetapi
dia menganggap
persiapan bagi urusan dunia hanyalah untuk mencapai
kebahagian hidup di akhirat yang
dipandangnya lebih utama dan lebih kekal. Faktor yang
paling utama tujuan pendidikan islam menurutnya adalah kesempurnaan manusia di
dunia dan di akhirat.
Quraish Shihab (Nata, 2005:104) mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsi sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini
sesuai dengan konsep yang ditetapkan
Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al-Qur’an,
untuk bertaqwa kepada-Nya.
Abdul al-Rasyid bin abdul al-Aziz dalam bukunya,
al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadrisiha mengatakan, tujuan pendidikan
Islam meliputi:
a.
Adanya
kedekatan kepada Allah Swt, melalui pendidikan akhlak
b.
Menciptakan
individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang ilmiah dan
pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang dapat mengintegrasikan antara agama
dengan ilmu dan amal saleh, guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai
dimensi kehidupan.[26]
D.
Ruang
Lingkup Pendidikan Islam
1.
Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam yang
memiliki dua isi yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula dengan
pendidik dan peserta didik. Proses pendidikan berarti terjadi aktivitas antara
pemberi dan penerima. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi yang
bertugas menerima konsep pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang
kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat,
dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran[27].
Sama halnya dengan teori barat, peserta
didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan
di dunia dan di akhirat kelak.[28]
Peserta didik
dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik
secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak (Hadari Nawawi, Organisasi
Sekolah dan Pngelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik cakupannya lebih luas
dari pada anak didik. Peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi
juga orang dewasa. Penyebutan peserta didik juga mengisyaratkan bahwa lembaga
pendidikan tidak hanya sekolah (pendidikan formal), melainkan juga mencakup
lembaga pendidikan nonformal yang ada di masyarakat, seperti majelis taklim,
paguyuban, dan sebagainya. Dengan demikian, istilah peserta didik ini bukan
hanya orang-orang yang belum dewasa dari segi usia , melainkan juga orang-orang
dari segi usia yang sudah dewasa, namun dari segi mental, wawasan, pengalaman,
keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan bimbingan.[29]
Peserta didik merupakan semua individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk sebagai
insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak
Al-Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.
2. Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam,
pendidik sering disebut dengan “murabbi,
mu’allim, dan mu’addib”. Ketiga term tersebut mempunyai semantis
masing-masing sesuai dengan penggunaannya dalam konteks pendidikan islam.
Istilah lain pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz”
dan “Al-Syaikh”. Pendidik yang
pertama dan utama adalah orang tua, mereka bertanggung jawab penuh atas
perkembangan anak-anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak dewaasa.
Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah
juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya[30].
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya
dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif
(rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[31]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang
mendidik (Perwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia ,1991:250) . Dalam pengertian yang lazim digunakan,
pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang
mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, 2006:87).[32]
3.
Kurikulum
Dalam bahasa
Arab, kata kurikulum agaknya dapat diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang terang
yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Secara
terminologi istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan
pegertian sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh
atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.[33]
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam
bidang pendidikan , dalam arti yang sempit dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kurikulum
sebagaimana dikemukakan oleh Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, adalah jalan
terang yang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang
dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mereka (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b. Kurikulum
sebagaimana dikemukakan Crow and Crow adalah rancangan pengajaran yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1990:H.75).
c. Kurikulum
sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata
pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan (Abdurrahman Salih
Abdullah, Educational Theory a Qur’anic
Out look, H.123)
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan
luas dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
budaya, sosial, olahraga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, H.485).
b.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di
luar kelas yang dikelola oleh sekolah (Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 1987:483-484)[34]
4.
Metode
Dalam konsep pendidikan, kata metode
sering digandengkan dengan kata “mengajar” atau yang lebih dikenal dengan
istilah “metodologi pengajaran”. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan
sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada anak didik (Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995:14). Jadi metode pengajaran adalah suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995:77-78). Metode pengajaran yang umum dikenal dalam
dunia pendidikan adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen,
metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode sosiodrana, metode drill,
metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode simulasi, metode karya
wisata, dan sebagainya.[35]
Metode pendidikan islam adalah prosedur
umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas
asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
Sedangkan teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah
konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas. (Tim
Depag, Islam untuk Disiplin Ilmu
pendidikan, 1984: 157)
5. Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai. Kata
nilai menurut filosofi pengertiannya ialah “idea
of worth” menurut Edwin dan Gerald Brown,evaluasi (penilaian dalam
pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai
sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995:97). Penilaian dalam pendidikan islam bertujuan agar
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam benar—benar sesuai
dengan nilai-nilai yang islami, sehingga tujuan pendidikan islam yang
dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam pendidikan islam
akan objektif jika didasarkan pada Al-Quran dan Hadist[36]
Evaluasi
pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu
aktivitas di dalam pendidikan Islam. (Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1981: 139). Program evaluasi ini
dirterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik
berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, dan sebagainya.[37]
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses
membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka
mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka
membuat keputusan (A. Tabrani Rusyan,dkk., Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar,1992:183).[38]
6. Lingkungan
Lingkungan
adalah seluruh yang ada, baik manusia, maupun benda buatan manusia, atau alam
yang bergerak atau tidak, kejadian-kejadian, atau hal-hal yang berhubungan
dengan seseorang. Sejauh mana seseorang berhubungan dengan lingkungannya,
sejauh itu pula keterbukaan/peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.[39]
Secara harfiah lingkungan dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik
seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti
suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di
masayarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.[40]
7.
Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan, pendidikan
memerlukan berbagai alat yang dikenal dengan istilah media pendidikan, audio
visual, alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan,dan sebagainya. Alat atau
media pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian
tuujuan pendidikan.oleh karena penddikan islam mengutamakan pengajaran ilmu dan
pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan
ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan[41]
[3] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[4] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[5] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 24
[6] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 25
[7] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 26
[8] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 26
[10] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.20
[11] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.29
[12] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.40
[13] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan
Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 2
[14] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan
Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 7
[16] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010) halaman 12
[28] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008). halaman103
[29] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 173
[30] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 11
[31] Ahmad tafsir, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, halaman 74
[32] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 159
[34] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 122
[37] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan
Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) halaman. 211
[38] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1,halaman 307
No comments:
Post a Comment