BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Peserta didik tidak
pernah terlepas dari proses belajar, baik itu di sekolah maupun di dalam
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Sehingga kemampuan kognitif
sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta
didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam
perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif peserta didik perlu memiliki
pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak
didiknya.
Orang tua juga
tidak kalah penting dalam aspek kognitif anak, karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan
orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, bahkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Melalui makalah ini, kami akan
memberikan pengertian mengenai perkembangan kognitif peserta didik agar orang
tua dan guru dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing peserta didik
secara optimal.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan kognitif?
2. Apa
saja strategi dan gaya kognitif?
3. Apa
pengertian pemikiran kritis?
4. Apa
saja implikasi perkembangan kognitif terhadap pendidikan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1.
Memahami pengertian
perkembangan kognitif.
2.
Mengetahui strategi dan
gaya kognitif.
3.
Mengetahui pemikiran
kritis.
4.
Mengetahui implikasi
perkembangan kognitif terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Kognitif
1.
Pengertian
Perkembangan Kognitif
Istilah “Cognitive”
berasal dari kata cognition, artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif
adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
begaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Kognitif adalah
salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum, kognitif diartikan
sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).
Dalam Dictionary of Psychology karya Drever,
dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”
(Kuper & Kuper, 2000). Kemudian dalam Dictionary
of Psychology karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati,
melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan,
menduga, dan menilai.
Perkembangan
kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah suatu proses
berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi, proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada
ide-ide belajar.
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang
digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menilai, dan memikirkan lingkungannya.
Perkembangan
kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena
sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah berpikir.
Perkembangan kognitif adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak
merupakan sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya
(Husdarta dan Nurlan, 2010: 169).
2.
Teori
Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget
adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan
makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, dan teman. Bagaimana
cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan
peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak
pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai
realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun
anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh
dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak
berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah
kompleks. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dapat diringkas
dalam tabel 1.1. berikut:
Tabel 1.1.
Tahapan
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Tahap
|
Usia/ tahun
|
Deskripsi
Perkembangan
|
Sensorimotor
Pra-operasional
Operasional
Konkret
Operasional
Formal
|
0-2
2-6
6-11
11- dewasa
|
Pengetahuan
anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda).
Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti: menggenggam
atau mengisap. Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis.
Anak
mulai menggunakan simbol-simbol untuk mempresentasi dunia (lingkungan) secara
kognitif. Simbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat
menggantikan objek, gambar-gambar, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang
tampak).
Anak
sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi, dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya
untuk dapat memecahkan masalah secara logis. Pada saat ini anak dapat
berpikiran secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.
Anak
remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih
idealistik. Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak
(remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau
abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret.
|
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif masing-masing tahap tersebut merupakan hasil
perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa teori
tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif
yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur.
Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir.
Untuk
menunjukkan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir, Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua
komponen ini berarti bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisir dan
diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema
(struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons
berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari
tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan
suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget
untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam
proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua
proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi
dan akomodasi.
Asimilasi dari sudut
biologi, adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap
struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup
perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal (Lerner &
Hultsch, 1983). Proses asimilasi didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat
manusia selalu mengasimilasikan informasi- informasi yang sampai kepadanya,
kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah
yang sebelumnya sudah mereka ketahui.
Akomodasi yaitu perubahan
struktur kognitif karena pengalaman baru. Ini terjadi apabila informasi yang
baru sangat berbeda atau terlalu kompleks yang kemudian diintegrasikan ke dalam
struktur yang telah ada. Dapat juga diartikan sebagai “mengubah struktur
kognitif yang ada untuk menyesuaikan atau menyelaraskan dengan pengalaman
baru”.
Faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, ialah:
a.
Fisik; interaksi antar
individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan
dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
b.
Kematangan; kematangan
sistem saraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara
maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
c.
Pengaruh sosial;
lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.
d.
Proses pengaturan diri
yang disebut ekuilibrasi; proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur
interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik,
pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan
kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
3.
Fase-fase
Perkembangan Kognitif Peserta Didik
a.
Perkembangan
Kognitif Masa Bayi
1)
Perkembangan Kognitif
Menurut Pandangan Piaget
Tahap sensori-motorik berlangsung dari kelahiran
hingga kira-kira usia 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai
dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif
rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif
memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak
refleks.
Dengan berfungsinya alat-alat indra serta kemampuan
melakukan gerakan-gerakan motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada
dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi,
pada permulaan tahap sensori-motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar refleks
yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan tindakan. Pada akhir
tahap ini, ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensori-motoriknya
semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.
Misalnya anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan
memanipulasikannya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada.
Tidak
seperti tahap-tahap lainnya, tahap sensori-motorik dibagi ke dalam enam
subtahap, di mana masing-masing subtahap meliputi perubahan-perubahan
kualitatif dalam organisasi sensori-motorik. Keenam subtahap perkembangan
sensori-motorik menurut Piaget tersebut secara singkat digambarkan dalam bentuk
tabel 1.2. berikut:
Subtahap
|
Usia/ Tahun
|
Karakteristik
|
I.
Early Refleks
II. Primary Circular
Reactions
III. Secondary
Circular Reactions
IV. Combined
Secondary Circular Reactions
V. Tertiary Circular
Reactions
VI. The First Symbol
|
0-1
1-4
4-8
8-12
12-18
18-24
|
Kepercayaan atas
refleks bawaan sejak lahir untuk mengetahui lingkungan; asimilasi dari semua
pengalaman refleks; menelan, menyusui, mengisap, menggenggam.
Akomodasi
(modifikasi) refleks untuk menyesuaikan objek dan pengalaman baru; bayi
mengulangi reaksi yang bersifat sederhana seperti membuka dan menutup mata,
menarik selimut untuk mendapatkan kesenangan. Jadi, tindakan yang dilakukan
berulang-ulang difokuskan pada tubuh bayi sendiri.
Tindakan yang diulang
sudah terfokus pada objek; tindakan digunakan untuk mencapai tujuan; tetapi
secara sembrono; perhatian terhadap benda-benda bergerak, mengayunkan lengan
dan kakinya semata-mata untuk mencapai kesenangan.
Bayi sudah dapat
menguasai sistem respons dan mengkombinasikan tindakan dengan tindakan yang
telah diperoleh sebelumnya (skema) untuk mendapatkan sesuatu. Ini merupakan
titik awal dari pengertian.
Anak mulai aktif
menggunakan reaksi yang bersifat “trial
and error” untuk mempelajari objek-objek di sekitarnya. Kegiatan
coba-coba yang dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai
suatu tujuan yang lebih jelas. Tahap ini menandai titik awal perkembangan
keingintahuan dan minat pada sesuatu yang baru.
Fungsi mental bayi
berubah dari suatu taraf sensori-motorik murni menjadi taraf simbolis, dan
bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.
|
2)
Perkembangan Persepsi
3)
Perkembangan Konsepsi
4)
Perkembangan Memori
5)
Perkembangan Bahasa
b.
Perkembangan
Kognitif Masa Anak-anak Awal
1)
Perkembangan Menurut
Teori Piaget
Perkembangan
kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional, yang
berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil
dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Sebagai tahap
“pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan bahwa pada tahap ini teori
Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional”
menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan
persitiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Pemikiran
praoperasional awal dari kemampuan untuk merekonstruksi pada level pemikiran
apa yang telah ditetapkan dalam tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga
mencakup transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju
(Santock, 1998). Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke
dalam dua subtahap prakonseptual dan
subtahap pemikiran intuitif (Heterington
& Parke, 1979; Seifert & Hoffnung, 1994).
Tabel 1.3.
Subtahap
|
Usia/ tahun
|
Deskripsi
Perkembangan
|
Pra-konseptual
Intuitif
|
2-4
4-7
|
Munculnya
sistem-sistem lambang atau simbol, seperti bahasa. Anak mengembangkan
kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek
yang tiak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Kemunculan fungsi
simbol ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan
imajinatif, dan peningkatan dalam peniruan.
Penalaran
dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan. Anak belum bisa
menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menurut cara-cara
tertentu. Pemusatan perhatian pada satu dimensi dengan mengesampingkan semua
dimensi yang lain. Ditujukan dengan serangkaian pertanyaan yang diajukan
anak, yang tidak jarang orang dewasa merasa kebingungan untuk menjawabnya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memberi petunjuk akan perkembangan mental
mereka dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta memadai
munculnya minat anak-anak akan penalaran.
|
2)
Perkembangan Persepsi
3)
Perkembangan Memori
4)
Perkembangan Atensi
5)
Perkembangan
Metakognitif
6)
Perkembangan Bahasa
c.
Perkembangan
Kognitif Masa Anak-anak Pertengahan
1)
Perkembangan Kognitif
menurut Teori Piaget
Menurut teori
kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) disebut
sebagai pemikiran operasional konkret. Menurutnya, operasi adalah
hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan
operasi konkret adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan
peristiwa-peristiwa nyata atau konkret yang dapat diukur.
Pada masa ini,
anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi dalam
sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30; 30 : 6 = 5 (Johnson & Medinnus, 1974).
Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindra, karena ia mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Menurut Piaget,
anak-anak pada masa konkret operasional ini telah mampu menyadari konservasi,
yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda
secara serempak (Johnson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa
ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan
operasi-operasi, yaitu; negasi, resiprokasi, dan identitas.
Negasi pada masa
operasional konkret, anak mulai memahami proses apa yang terjadi diantara
kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan
benda-benda, anak bisa – melalui kegiatan mentalnya – mengembalikan atau
membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah
benda-benda adalah tetap sama.
Hubungan
timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari
benda-banda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan
deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal-balik antara panjang dan
kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula
bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Identitas.
Anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda
yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun
benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.
Setelah
mampu mengkonservasi angka, maka anak bisa mengkonservasikan dimensi-dimensi
lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental
dan kognitif ini memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan
dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui sesuatu perbuatan tanpa melihat perbuatan tersebut ditunjukan. Jadi,
anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri ia bertindak secara nyata.
Hanya
saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada
hubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik,
benda-banda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau
peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan
realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.
2)
Perkembangan Memori
3)
Perkembangan Pemikiran
Kritis
4)
Perkembangan
Intelegensi (IQ)
5)
Perkembangan Kecerdasan
Emosional (EQ)
6)
Perkembangan Kecerdasan
Spiritual (SQ)
7)
Perkembangan
Kreativitas
8)
Perkembangan Bahasa
d.
Perkembangan
Kognitif Masa Remaja
1)
Perkembangan Kognitif Menurut
Teori Piaget
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas
untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mancapai puncaknya.
Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak
mencapai kesempurnaan.
Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi
berkembangnya dengan cepat. Disamping itu, pada masa remaja ini juga tidak
terjadi reorganisasi lingkaran saraf Prontal lobe (belahan otak bagian depan
sampai pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam
aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan
strategis atau kemampuan mengambil keputusan.
Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh
terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran
yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang
baru. Disamping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemapuan memahami
pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa
yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya. Ketika kemampuan kognitif mereka
mencapai kematangan, kebanyakkan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang
diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka,
dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri.
2)
Perkembangan
Pengambilan Keputusan
3)
Perkembangan Orientasi
Masa Depan
4)
Perkembangan Kognisi
Sosial
5)
Perkembangan Penalaran
Moral
6)
Perkembangan Pemahaman
Agama
e.
Perkembangan
Kognitif Masa Dewasa
Salah satu
pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang
perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang
dewasa, seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar,
paralel dengan penurunan kemampuan fisik.
Pada umumnya
orang percaya bahwa proses kognitif – belajar, memori, dan intelegensi –
mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan
kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin
dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kogntif
bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu
stereotipe budaya yang meresap dalam diri kita.
B.
Strategi
dan Gaya Kognitif
1.
Strategi
Kognitif
a.
Pengertian
Strategi Kognitif
Strategi kognitif
adalah kemampuan internal seseorang untuk belajar, berpikir, memecahkan masalah,
dan mengambil keputusan (Gagne, 1974). Strategi kognitif merupakan kapabilitas
yang mengatur cara bagaimana peserta didik mengelola belajarnya, ketika
mengingat-ingat dan berpikir, ia juga merupakan proses pengendali atau pengatur
pelaksana tindakan.
Kemampuan strategi kognitif menyebabkan proses
berpikir seseorang itu unik, yang disebut sebagai executive control (kontrol tingkat tinggi). Strategi kognitif tidak
berhubungan dengan materi bidang ilmu tertentu, karena merupakan keterampilan
berpikir seseorang secara internal dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang
ilmu.
Pembentukan pengetahuan dalam diri (otak) seseorang
dapat digambarkan dalam bagan model dasar belajar dan ingatan dari Gagne
seperti berikut:
|
b.
Jenis-jenis
Strategi Kognitif
Gagne (1984) mengidentifikasi strategi kognitif
berdasarkan alur proses instruksional mulai dari memperhatikan (attending),
mengolah stimulus (encoding), mencari kembali informasi (retrieval), dan
berpikir. Untuk setiap tahap siswa dapat menggunakan strategi kognitif yang
berbeda-beda. West, Farmer dan Wolff (1991) menjelaskan adanya 4 keluarga besar
strategi kognitif, yaitu:
1)
Chunking, merupakan
strategi mengorganisasikan sesuatu secara sistematis melalui proses mengurutkan
(order), mengklasifikasi (classify, dan menyusun (arrange). Chunking dapat
membantu seseorang untuk mengolah data yang sangat banyak atau proses yang
sangat kompleks.
2)
Spatial, merupakan
suatu strategi untuk menunjukan hubungan antar hal yang satu dengan yang lain.
Dalam kategori ini termasuk “frames” atau tabel dan concept maps “peta konsep”.
3)
Bridging, merupakan
strategi untuk menjembatani pemahaman seseorang melalui “metafor”
(perumpamaan), analogi dan advance organizer. Metafor dan analogi merupakan
strategi pengandaian yang dapat menjembatani suatu konsep baru dengan
menggunakan konsep yang sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan
kerangka dalam bentuk abstrak atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi
yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh guru untuk memudahkan siswa
belajar.
4)
Multipurpose, merupakan
strategi kognitif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
rehearsal, imagery, dan mneumoncs (jembatan keledai). Rehearsal merupakan cara
untuk mereview materi, bertanya, mengantisipasi pertanyaan dan materi, yang
hanya dapat dilakukan oleh siswa, guru dapat memberikan waktu agar mahasiswa
dapat melakukan rehearsal. Imagery (membayangkan) merupakan proses visualisasi
suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip. Mneumonics merupakan alat bantu untuk
mengingat, misalnya singkatan.
2.
Gaya
Kognitif
a.
Pengertian
Gaya Kognitif
Salah satu
karakteristik siswa adalah gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan cara siswa
yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang
berhubungan dengan lingkungan belajar (James. W. Keefe, 1987: 3-4).
Gaya kognitif
merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam merancang pembelajaran (Bruce Joyce, 1992: 241). Pengetahuan
gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya
interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran,
hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin.
b.
Jenis-jenis
Gaya Kognitif
Menurut
(Garity, 1985), gaya kognitif merujuk pada cara-cara manusia memproses maklumat
dan pengalaman mereka. Gaya kognitif juga membawa maksud cara-cara manusia
mengamati sesuatu (persepsi), penyusunan dan pemanggilan balik (retrival)
maklumat dan pengalaman (Lachinger dan Boss 1985). Pada kebiasaannya, terdapat
5 gaya kognitif yang utama, yaitu:
1)
Gaya Kognitif Analisis
Antara ciri-ciri murid-murid yang mempunyai gaya kognitif
analisis, ialah:
a)
Senantiasa mencari maklumat yang boleh diramal
b)
Senantiasa bimbang jika suatu rancangan yang dirangka gagal
c)
Berpikir secara saintifik
d)
Senantiasa merancang sesuatu dengan teliti dan terperinci
e)
Senantiasa membuat banyak set kriteria serta memilih
kriteria-kriteria yang paling baik
f)
Percaya dengan maklumat dan kajian yang cukup, setiap
permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan.
2)
Gaya Kognitif Idealis
Ciri-ciri
murid yang memiliki gaya kognitif idealis, ialah:
a)
Bersifat reseptif dan pandangan yang luas apabila menghadapi
masalah
b)
Suka bertanya ketika dihadapi masalah
c)
Mementingkan aspek moral dan selalu mempersoalkan diri
tentang apa yang dilakukan
d)
Suka libatkan diri dalam proses introspeksi diri
e)
Tidak melihat sesuatu situasi sebagai masalah (semua masalah
boleh di atasi)
f)
Senantiasa melibatkan diri dalam perbincangan (suportif)
g)
Suka tersenyum dan senantiasa mempertimbangkan emosi orang
lain.
3)
Gaya Kognitif Pragmatik
Ciri-ciri murid yang memiliki gaya kognitif Pragmatik,
ialah:
a)
Bertumpu pada amalan yang praktikal
b)
Boleh atasi masalah secara realistik dan logik
c)
Suka bereksperimentasi
d)
Mempunyai daya inovasi yang tinggi
e)
Suka merangka strategi dan taktik (melakukan sesuatu
pekerjaan)
f)
Boleh melakukan beberapa pekerjaan dalam satu masa
g)
Percaya bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik
h)
Tidak suka perbincangan yang abstrak dan tidak suka menilai
orang lain
4)
Gaya Kognitif Realisme
Ciri-ciri murid yang memiliki gaya kognitif Realisme, ialah:
a)
Anggap dunia realita melalui 5 deria (mata, telinga, hidung,
lidah, sentuhan)
b)
Tidak bergantung pada maklumat buku atau bahan media
c)
Lebih bertumpu kepada apa yang dilihat secara fisikal
d)
Suka mencari kebenaran (anggap dunia tidak sempurna)
e)
Dapat membuat keputusan dan mempunyai keupayaan untuk
betulkan semua masalah
f)
Suka mencari fakta sendiri dan tidak suka bergantung kepada
orang lain
g)
Suka dapat kata sepakat dari golongan yang sama
h)
Tidak suka menulis laporan yang panjang
i)
Suka mencari kelemahan dan cara untuk mengatasinya
j)
Suka berinteraksi dengan pakar dalam bidang yang sama dengan
idea mereka
5)
Gaya Kognitif Sintesis
Ciri-ciri murid yang memiliki gaya kognitif Sintesis, ialah:
a)
Mampu mencari data dan maklumat untuk menyelesaikan masalah
b)
Kebolehan pemikiran mereka adalah lebih tinggi dari (gaya
kognitif analisis)
c)
Kebolehan menggabung, mengintegrasi dan mencantum idea-idea
d)
Boleh mentafsirkan dan merumuskan hasil yang dianalisis
(melalui prinsip induksi dan deduksi)
e)
Suka membuat aktivitas pemikiran (rumusan, keputusan, gubahan)
f)
Suka berpikir secara kreatif
g)
Anggap dunia sebagai tempat yang kompleks
C.
Pemikiran
Kritis
Terdapat
beberapa pendapat mengenai pemikiran kritis yang dikemukakan oleh para ahli pengkaji
dan ahli pikir, diantaranya:
1. Beyer
(1985) berpendapat, pemikiran kritis adalah kebolehan manusia untuk membentuk
konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
2. Pascarella
dan Terenzini (1991, 2005) mendefinisikan pemikiran kritis sebagai kebolehan individu
untuk mengenal pasti isu-isu membuata andaian untuk dibahaskan serta mengenal
pasti hubungan penting untuk mendapatkan rumusan yang tepat dari pada maklumat
yang sedia ada.
3. Dewey
(1993), pemikiran kritis adalah berpikir secara serius dan mendalam serta
membuat pertimbangan dari padanya.
4. Marlina
dan Shaharom (2007), mendefinisikan kemahiran berpiir kritis sebagai kecakapan
atau keupayaan menggunakan pikiran untuk menilai kemunasabahan dan kewajaran
sesuatu ide, meneliti kebernasan, kebaikan dan kelemahan sesuatu hujah dan
membuat pertimbangan yang wajar dengan menggunakan alasan dan bukti yang
munasabah.
Kesimpulannya,
pemikiran kritis dapat diartikan sebagai proses yang melibatkan pikiran untuk
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, melibatkan pula suatu proses
intelektual yang berkaitan dengan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, dan
menilai maklumat yang terkumpul atau dihasilkan melalui pengamatan dan
pengalaman sebagai suatu landasan ke arah keyakinan.
D.
Implikasi
Perkembangan Kognitif Terhadap Pendidikan
Teori Piaget
banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses pembelajaran, meski teori
ini bukanlah teori mengajar. Piaget (Budiaman, dkk., 2009: 108) berpendapat
bahwa:
1.
Pembelajaran tidak
harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta didik.
2.
Materi yang dipelajari
harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik.
3.
Pendidik dan peserta
didik harus sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran.
4.
Urutan bahan dan metode
pembelajaran harus menjadi perhatian utama.
5.
Guru harus
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan
stimulasi pembelajaran.
6.
Pembelajaran hendaknya
dibantu dengan benda-benda konkret pada anak sekolah dasar kelas awal.
Teresa M.
McDevitt dan Jeanne Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa implikasi teori
Piaget bagi Guru-guru di sekolah, yaitu:
1.
Memberikan kesempatan
kepada peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek-objek fisik dan
fenomena-fenomena alam.
2.
Mengeksplorasi
kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
pemberian tugas-tugas pemecahan masalah.
3.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah
laku siswa dan mengembangkan rencana pembelajaran.
4.
Tahap-tahap perkembangan
kognitif juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda.
5.
Merancang aktivitas
kelompok di mana siswa berbagi pandangan dan kepercayaan dengan siswa lain.
6.
Penggunaan metode
mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan, atau
mengujicobakan suatu materi
7.
Melakukan dialog,
diskusi, atau curah pendapat (brain
storming) dengan siswa, tentang masalah-masalah sosial, atau barbagai aspek
kehidupan, seperti agama, etika pergaulan dan pacaran, polotik, lngkungan
hidup, bahayanya minuman keras dan obat-obat terlarang, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, A. 2009. Psikologi
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Desmita. 2013. Psikologi
Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.
Nasution, N,. Dkk. Psikologi Pendidikan. Jakarta. 1990.
Pidarta, M. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Somantri, S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, S. 2012. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Chandra, O. 2013. Perkembangan Kognitif. [On-line]. Tersedia: http://okykidamori.blogspot.com/2013/05/pengertian-perkembangan-kognitif.html
Farisa, N.
2012. Gaya Kognitif. [On-line].
Tersedia: http://psikologiduniaku2012.blogspot.com/2012/08/gaya-kognitif.html
2012
Rahman, Z. 2012. Perkembangan Kognitif Peserta Didik.
[On-line]. Tersedia: http://cicibon.blogspot.com/2012/09/perkembangan-kognitif-peserta-didik.html
No comments:
Post a Comment